Apakah benar teh celup membahayakan
kesehatan? Mengapa demikian? Ternyata penyebabnya lebih pada
kemasannya, kantong kertas kecil berserat renggang yang ternyata
mengandung chlorine, yang antara lain bisa menyebabkan kemandulan,
keterbelakangan mental dan kanker! Untuk dapat lebih memahaminya, kita
akan membahas perihal teh celup ini secara garis besar saja. Di
pasaran, ada 3 jenis teh yang biasa dijual; teh celup, teh daun atau
teh serbuk seduh, dan teh bubuk instan. Masing-masing jenis teh bisa
dipilih sesuai kebutuhan. Sebelum mengkonsumsinya, pastikan Tanggal
Kedaluarsanya ! Teh Celup Bubuk teh yang dibungkus sejenis kertas
berpori-pori halus yang tahan panas.
Bagi Anda penggemar teh, pasti
tahu teh celup. Sangat modern dan praktis. Pastinya Anda sering minum
teh karena paham akan manfaat teh bagi tubuh. Misalnya saja, teh merah
untuk relaksasi, teh hitam untuk pencernaan, atau teh hijau untuk
melangsingkan tubuh. Saat hendak minum teh, apakah Anda terbiasa
mencelupkan kantong teh celup berlama-lama? Jika ya, hati-hati. Mungkin
Anda senang mencelupkan teh lama-lama karena berpikir semakin lama
kantong teh dicelupkan dalam air panas, makin banyak khasiat teh
tertinggal dalam minuman teh karena teh semakin pekat.
Asal mula teh
celup
Anda minum teh? Teh celup atau teh tubruk? Sudah barang tentu
dengan alasan kepraktisan, banyak orang yang lebih memilih teh celup.
Secara tidak sengaja teh celup ditemukan oleh Thomas Sullivan, seorang
pedagang teh dan kopi dari New York, dia mengirim sample teh dalam
kantong sutra kecil kepada para pelanggannya. Dia menggunakan kantong
sutra karena alasan ekonomis, kalau menggunakan kaleng, selain biaya
pembuatannya lebih mahal, teh yang dikemas juga harus lebih banyak.
Pada awalnya para pelanggan Thomas bingung dengan kemasan baru ini.
Mereka menganggap kemasan ini sama saja dengan teh yang dimasukkan
dalam saringan metal, mereka langsung melemparkan begitu saja kemasan
tersebut ke dalam air panas. Baru kemudian mereka menyadari bahwa
ternyata kemasan tersebut cukup praktis untuk menyeduh teh secara
langsung. Mereka menganggap ini lebih praktis karena tidak perlu
membersihkan saringan teh atau teko. Selesai diseduh, kemasan berikut
tehnya bisa langsung dibuang. Lama-kelamaan permintaan sample teh dalam
kemasan makin banyak, dan pada akhirnya Thomas Sullivan menyadari
bahwa ini bisa menjadi dagangan yang menguntungkan.
Teh celupnya mulai
dipasarkan secara komersial pada tahun 1904, dan dengan cepat
popularitasnya menyebar ke seluruh penjuru dunia. Akan tetapi,
disadari pula, kemasan tersebut membawa problem sendiri: Kualitas aroma
dan rasa. Daun teh, membutuhkan ruangan untuk mengembang, sehingga
bisa mengeluarkan aroma dan rasa yang optimal. Solusinya adalah membuat
kemasan lebih besar, dan daun teh yang digunakan ukurannya yang paling
kecil. Ukuran ini dikenal dengan nama Fanning dan Dust yang merupakan
tingkat terendah dari kualifikasi kualitas teh. Ukuran yang kecil
menyebabkan zat tannin lebih cepat keluar, sehingga menimbulkan rasa
pahit. Bagaimanapun, aroma dan rasa terbaik akan keluar dari hasil
seduhan loose tea atau teh tubruk. Jadi kalau anda memang ingin
meningkatkan apresiasi anda terhadap teh, mulailah beralih ke loose
tea. Dari segi kepraktisan, memang lebih repot. Tetapi ritual
penyeduhan teh merupakan bagian dari seni teh itu sendiri. Dan jangan
lupa untuk tidak membiarkan ampas teh tetap di dalam teko atau cangkir
Anda.
Namun seiring perkembangan zaman, kantong teh kemudian berganti,
dari sutera ke kertas, inilah yang kemudian menimbulkan masalah. Teh
celup masa sekarang Teh celup terdiri dari ramuan teh, yang kemudian
untuk menambah keharumannya, di Indonesia biasanya dicampur melati,
yang kesemuanya dikemas dalam kantong kecil. Tehnya sendiri tidak
berbahaya, yang berbahaya adalah kantong kertas kemasannya. Kantong teh
terbuat dari kertas kecil berserat renggang, –seperti sudah disebutkan
di depan, pada masa awalnya kantongnya terbuat dari sutera atau nylon–
yang diisi dengan daun teh, agar dapat menyeduh teh dengan hemat dan
praktis. Daun tehnya tetap berada dalam kantong ketika teh diseduh
dengan air panas, membuatnya sangat mudah mengeluarkan dan membuang
daun teh yang sudah diseduh itu, menyeduh teh menjadi semakin mudah
karena kantung itu diikatkan pada selembar benang dengan label kertas
di ujung yang lain. Jadi benang ini juga berfungsi sebagai alat untuk
mencelupkan daun teh dan mengangkatnya.
Bahaya Chlorine Pada umumnya
kertas dibuat dari pulp (bubur kertas), yang terbuat dari bahan kayu,
bubur ini berwarna coklat tua, untuk membuat serat pulp itu berwarna
putih, digunakan sejenis bahan kimia pemutih yang terbuat dari senyawa
chlorine yang sangat pekat. Sayang dalam prosesnya, chlorine ini tetap
tertinggal dalam produk kertas karena tidak dilakukan penetralan karena
biayanya sangat tinggi. Kertas semacam inilah yang kemudian digunakan
sebagai kantong teh celup. Hindari mencelupkan kantong teh terlalu
lama, karena Anda tentu berpikir bahwa semakin lama Anda merendam teh
celup itu dalam air panas, semakin banyak sari teh yang tertinggal
dalam cangkir Anda. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Akan semakin
banyak kandungan chlorine di kantong teh celup yang larut dalam teh
Anda, apa lagi kalau Anda merendamnya lebih dari 3 menit.
Dalam
industri kertas, chlorine memang biasa digunakan sebagai bahan
insektisida, disinfektan, pengawet, pembersih dan pemutih kertas, yang
kemudian digunakan untuk membuat tissue, popok, kain dan sebagainya;
juga sumpit kayu sekali pakai, oleh sebab itu di China, sumpit jenis ini
dilarang digunakan. Kenapa?
Berdasarkan penelitian, diduga ada kaitan
antara konsumsi chlorine dalam tubuh dengan kemandulan pria, lahir
cacat, keterbelakangan mental serta kanker.
I. Kandungan zat klorin di
kantong kertas teh celup Kandungan zat klorin di kantong kertas teh
celup akan larut. Apalagi jika Anda mencelupkan kantong teh lebih dari 3
– 5 menit. Klorin atau chlorine, zat kimia yang lazim digunakan dalam
industri kertas. Fungsinya, disinfektan kertas, sehingga kertas bebas
dari bakteri pembusuk dan tahan lama. Selain itu, kertas dengan klorin
memang tampak lebih bersih. Karena bersifat disinfektan, klorin dalam
jumlah besar tentu berbahaya. Tak jauh beda dari racun serangga. Banyak
penelitian mencurigai kaitan antara asupan klorin dalam tubuh manusia
dengan kemandulan pada pria, bayi lahir cacat, mental terbelakang, dan
kanker. Nah, mulai sekarang, jangan biarkan teh celup Anda tercelup
lebih dari 5 menit. Atau, kembali ke cara yang sedikit repot: Gunakan
teh bubuk. Minumlah teh, bukan klorin.
II. (Penelitian) Kebanyakan
orang Indonesia (terutama Jawa) kalo minum teh malah sebenarnya minum
gula, karena banyakan gulanya daripada tehnya. Lebih tepatnya, minum
gula campur teh, campur susu, atau kopi .. sekarang ketambahan minum
gula campur teh & chlorine lagi. Tapi saya percaya, yg terakhir ini
masih lebih banyak sari teh-nya daripada chlorine-nya. Berarti ada
chlorine-nya ya di kertas teh celup … Untuk memuaskan keingintahuan,
saya coba lakukan test hari ini, di lab saya. Hasilnya : Untuk sample
100 ml (seukuran segelas cangkir teh), dengan air aqua diambil dari
dispenser dengan panas (70 – 80oC), kemudian teh celup merk “X” diambil
tehnya, kertas pembungkus dicelupkan ke sample selama 10 menit, untuk
beberapa sample didapat hasil berkisar 0.04 – 1.10 mg/L. Air Aqua
asalnya sendiri chlorine content-nya tidak terdeteksi. Chlorine
tergolong powerful oxidizing agent, bersifat toxic dan corrosive.
Biasa digunakan dalam proses bleaching (contoh di pabrik kertas),
manufacturing syntetic rubber & plastic, serta desinfektan untuk
pemurnian air. Di Permenkes (no …), utk persyaratan kualitas air
minum, setahu saya, tidak disebutkan nilai batas keberadaan chlorine
(apa berarti tidak diperbolehkan?). Tapi untuk Kualitas Air Kolam
Renang, Permenkes masih diperbolehkan dengan batasan antara 0.2 – 0.5
mg/L (tolong dikoreksi kalo saya keliru). Demikian juga WHO, setahu saya
batasannya max. 0.5 mg/L. Kadar klorin di dalam kemasan teh yang
cuma 200 ml, bisa jadi lebih tinggi dibandingkan dengan klorin
dipengolahan PDAM yang sekian ribu kubik karena konsentras nya merupakan
fungsi dari volume mG/Liter. Jadi jangan dilihat volume total, tapi
dalam tiap liternya.”
III. Tanggapan LSM Makanya industri ini
mendapat serangan hebat dari LSM lingkungan karena hal di atas, di
samping juga masalah kehutanan. Kertas terbuat dari bubur pulp yang
berwarna coklat tua kehitaman. Agar serat berwarna putih, diperlukan
sejenis bahan pengelantang (sejenis rinso/baycline) senyawa chlorine
yang kekuatan sangat keras sekali! Kertas sama dengan kain, karena
memiliki serat. Kalau Anda mau uji benar apa tidaknya, silahkan coba
nanti malam bawa tissue ke Studio East, lihatlah tissue akan
mengeluarkan cahaya saat kena sinar ultraviolet dari lampu disco!
Berarti masih mengandung chlorine tinggi. Kalau di negara maju, produk
ini harus melakukan proses neutralization dgn biaya cukup mahal agar
terbebas dari chlorine dan dapet label kesehatan. Tissue atau kertas
makanan dari negera maju yang dapat label Depkes-nya tidak bakalan
mengeluarkan cahaya tersebut saat kena UV. Kertas rokok sama saja,
bahkan ada calsium carbonat agar daya bakarnya sama dengan tembakau dan
akan terurai jadi CO saat dibakar.
Di Indonesia tidak ada yang kontrol,
jadi harap berhati-hati. Jadi apa jalan keluarnya? Yang pertama,
jangan terlalu lama merendam teh celup dalam air panas, jangan lebih
dari 3 menit. Yang kedua, hindari penggunaan teh celup, sebagai
gantinya, kembali seperti dulu, dengan menggunakan teh tubruk, atau teh
teko, kalau mau lebih nikmat lagi, lakukan ritual minum teh seperti di
China, Korea atau Jepang, ini bisa menenangkan dan meningkatkan rasa
hormat kepada orang lain, karena pada intinya, ritual minum teh adalah
penghormatan kepada orang yang dilayani, sekaligus memberikan
kehormatan kepada orang yang diberi kesempatan melayani, dengan
menuangkan teh ke mangkuk rekan di hadapannya. Lindungi keluarga Anda
dari gangguan kesehatan di masa depan. Hindari teh celup atau produk
lain yang mengandung chlorine.
Sumber: I love Mom FB page.
0 Response to "Ternyata Teh Celup Berbahaya ?"
Post a Comment
Terimakasih atas kunjungan anda
Mohon untuk berkomentar yang sopan, tidak mengandung kalimat yang berbau kekerasan atau kriminal
Dilarang menaruh Link Aktif di Komentar, disitu sudah tersedia Profil Name/Url silahkan dimanfaatkan