Sekelumit Tentang Marah

"Laa taghdhob", artinya "jangan marah". Rasul SAW. mengatakan kata-kata indah ini hingga 3x berturut-turut "jangan marah, jangan marah, jangan marah". Ilmu kedokteran telah membuktikan bahwa mereka yang sedang marah, baik yang di pendam maupun yang dimuntahkan akan memicu refleks simpatisan disertai peningkatan kadar hormon katekolamin (adrenalin) dalam darah. Membanjirnya hormon katekolamin ini akan memunculkan refleksi siaga yang dapat kita rasakan sensasinya seperti terpacunya irama denyut jantung (kadang terdengar di telinga debar-debar suara jantung). Ledakan hormon katekolamin ini membangkitkan emosi sesaat dan cukup membangkitkan tindakan yang dahsyat seperti mempersiapkan tubuh untuk "bertempur atau kabur" (fight to flight). Reflek-reflek demikian, jika dibiarkan berlangsung lama dan kerap terjadi, akan membahayakan kesehatan, menguras energi hingga akhirnya mempercepat proses penuaan.
Suatu ketika seorang sahabat bertanya kepada Nabi: "Amal apa yang disukai Allah, sedikit tapi bisa mengantarkan ke syurga?". Nabi menjawab :"La taghdhob (jangan marah)". Al Qur'an mencirikan salah satu ketaqwaan, yakni kemampuan amarah dan kesanggupan memaafkan kesalahan oranng lain. (QS Ali Imran: 134)
Daniel goleman, Ph.D, penggagas konsep kecerdasan emosional mengatakan jika ada 2 sikapyang paling penting yang harus dimiliki orang di zaman modern yang paling utama adalah pengendalian diri dan kasih sayang. "Maka sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia dan yang ada pada sisi Allah yang lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakal. Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf."(QS. Asy Syura': 36-37.

Hasil-hasil penelitian tentang amarah (dikutip dari buku: Emotional Intelligence)
-) Dr. Redford dari Duke universitas menyimpulkan penelitian prospektifnya bahwa orang-orang yang dahulunya mempunyai skor tertinggi pada "tes sikap bermusuhan selama menjadi mahasiswa di fakultas kedokteran "ternyata memiliki resiko 7x lebih besar kemungkinan meninggal di usia 50 tahun bila dibandingkan dengan mereka skor permusuhannya lebih rendah.
-) Peter Kaufman, kepala Behavioral Medicine Of National Heart, Lung and Blood Institue mengatakan: " bila seseorang berumur 20-an seringkali marah-marah, maka setiap serangan amarah akan menumpukkan stress tambahan bagi jantung serta tekanan darah. Bila hal tersebut berlangsung terus-menerus akan bersifat destruktif. karena golakan darah yang mengalir melalui arteri koroner bersama dengan percepatan detak jantung dapat menimbulkan robekan-robekan mikro pada pembuluh tersebut dan potensial sebagai tempat tumbuhnya plak yang menjurus pada [enyakit arteri koroner.
-) Sebuah studi di Standford University Medical School terhadap 1012 pria dan wanita yang menderita penyakit jantungpertama di pantau selama 8 tahun menunjukan bahwa kaum pria yang paling agresif dan paling suka bermusuhan mempunyai resiko tertinggi terkena serangan jantung kedua.
-) Hasil yang sama pada studi di Yale School of Medicine terhadap 929 pria yang pernah mengalami serangan jantung dan di lacak selama 10 tahun. Maka kaum pria yang termasuk golongan mudah terpancing amarahnya tersebut beresiko meninggal karena serangan jantung 3x lipat dibandingkan kaum pria yang berperangai tenang.

Berikut tips-tips bagaimana mengendalikan amarah:
1. Pandanglah langit luas yang tidak bertepi atau saksikanlah laut biru yang membentang, bayangkan kelapangan dan kebesaran Ilahi dan bandingkanlah dengan sempitnya dada si pemarah.
2. Basuhlah dengan air wudhu, marah seperti air yang membakar akan sirna dengan guyuran air.
3. Bacalah yang mudah dari Al Qur'an, karena Al Qur'an merupakan "syifa'u lima fissudur", penyembuh hati yang gelisah.
4. bersujudlah.
5. ubah posisi duduk.
6. Ingat fadhilah (keutamaan0 orang yang bersabar akan di cintai Allah. mengumbar amarah membuat kita diperbudak syetan dan marah bukanlah solusi.

Sumber: Kenapa Rasulullah SAW Tidak Pernah Sakit. Hal: 226-233.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to " "

Post a Comment

Terimakasih atas kunjungan anda
Mohon untuk berkomentar yang sopan, tidak mengandung kalimat yang berbau kekerasan atau kriminal
Dilarang menaruh Link Aktif di Komentar, disitu sudah tersedia Profil Name/Url silahkan dimanfaatkan

Contact Form

Name

Email *

Message *